Tuesday, November 21, 2017

Menjelang Ulang Tahun BEM UMN


BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) merupakan salah satu organisasi tertinggi dalam suatu universitas. Di Universitas Multimedia Nusantara, Badan Eksekutif Mahasiswa kini telah mencapai generasi ke-7 yang diketuai oleh Tri Nita dan sebentar lagi akan merayakan hari jadinya yang ke-9 pada Jumat 17 November 2017.

Booth BEM dalam rangka Ulang Tahun BEM UMN


            Dalam rangka memperingati hari ulang tahun BEM ini, BEM UMN membuka booth di kantin Gedung C yang lokasinya tidak jauh dengan Bank BRI kantin Universitas Multimedia Nusantara. Ukurannya booth cukup lebar membuat mahasiswa mudah untuk mencari Booth tersebut. Booth BEM dibuka selama 4 hari mulai dari hari Selasa 14 November hingga Jumat 17 November.
Di Sisi kiri Booth BEM, kita dapat melihat papan Transparansi yang menjelaskan kinerja BEM dan timeline kerja BEM generasi ke-7 selama setahun terhitung sejak November 2016 lalu. Papan transparasi dan timeline ini dibuat dengan harapan mahasiswa UMN dapat mengetahui dan mengerti apa saja yang telah dilakukan BEM UMN untuk mahasiswa selama 1 tahun. Di Sisi kanan booth BEM, terdapat papan wishes dimana mahasiswa dapat menyampaikan harapannya untuk BEM kedepannya. Mahasiswa juga dapat memberikan kritik, evaluasi, dan saran yang ditampung dalam kotak kritik dan saran.
Papan Transparansi

Selain itu, terdapat Quiz untuk mahasiswa terkait BEM dan kegiatan yang dinaungi BEM seperti Bank Sampah, Jumba OMB, Maxima, UMN Festival, Mr Ms UMN dan Starlight. Akan ada hadiah - hadiah menarik seperti pena, stiker, juga makanan ringan bagi mahasiswa yang bisa menjawabnya pertanyaan tersebut. Quiz ini juga dibuat untuk mengetahui seberapa jauh mahasiswa mengenal BEM UMN dan untuk menambah wawasan mahasiswa mengenai BEM UMN.
Quiz BEM UMN dan hadiah-hadiahnya

Ulang tahun BEM ini juga merupakan salah satu kegiatan terakhir BEM generasi ke-7 sebelum nanti digantikan oleh kepengurusan baru di BEM generasi 8. Kotak kritik, evaluasi, dan saran dalam Booth BEM ini diharapkan dapat menjadi landasan bagi para generasi kedelapan untuk bekerja lebih baik lagi untuk almameter, persada, dan sesama.
BEM generasi 7 ini memiliki 28 anggota yang terbagi dalam 7 divisi yaitu Badan Pengurus Harian, Public Relations, Supervisi Fakultas, Supervisi Olahraga, Supervisi Sains & Sosial, Supervisi Seni & Budaya dan yang terakhir Supervisi Kegiatan Mahasiswa. Tagline dari BEM Generasi 7 ini adalah: Act with Intergrity yang membawa pesan semangat integritas dari mahasiswa. Sebagai kepala dari 28 anggota BEM UMN generasi ke-7, Tri Nita selaku Ketua merasa mendapatkan banyak pelajaran.
“Menjadi ketua BEM itu tidak mudah, apalagi BEM UMN itu tidak hanya menaungi satu fakultas saja seperti di universitas lain, namun juga semua fakultas, UKM dan LSO. Ini tidak mudah, namun  karena tidak muda, jadi banyak banget yang bisa dipelajari dari BEM ini baik sebagai ketua ataupun anggota,” Ujar Tri Nita, Selaku Ketua BEM Generasi ke-7.

***

Acara ulang tahun BEM UMN ini puncaknya akan diselenggarakan pada Jumat 17 November pukul 18.00 WIB. Acara ini diadakan secara tertutup di Executive Lounge Gedung A lantai 7, UMN dengan mengundang seluruh generasi BEM dari generasi 0 hingga generasi 8 yang akan segera menjabat. Harapannya, dengan pertemuan seluruh generasi BEM 0 hingga 8 ini, sesama anggota dan mantar anggota BEM dapat saling bertukar informasi, pengalaman, dan pelajaran untuk BEM yang lebih baik.

Friday, November 10, 2017

REVIEW: BEFORE THE FLOOD




Directed by : Fisher Steven
Trevor Davidoski
Starring : Leonardo DiCaprio
Distributed by : National Geographic Channel
Release Date : October 21st, 2016 (US)
Duration : 95 minutes

RATING 4.5/5

Before The Flood merupakan film dokumenter yang mengangkat tema mengenai perubahan iklim dan kerusakan alam. Tokoh utama dalam film ini yaitu Leonardo Dicaprio. Dalam film ini, penonton mengikuti perjalanan Leonardo DiCaprio mencari tahu mengenai pemanasan global dan apakah masa depan bumi terkait pemanasan global tersebut.

***

Film ini dibuka dengan sosok Leonardo DiCaprio yang terngiang oleh sebuah lukisan mengenai kehidupan manusia. Lukisan karya Hieronymus Bosch tersebut tersebut memiliki 3 sisi kehidupan yaitu, awal, kini, dan akhir. Awal mengenai Adam dan Hawa di taman Eden yang penuh dengan tanaman, Kini berupa kehidupan manusia saat ini, dan Akhir dari lukisan penuh dengan kehancuran. Lukisan ini membuatnya takut akan masa depan manusia nantinya.

Jujur, saya tidak terlalu menyukai film documenter, dikarenakan kebanyakan film documenter tidak memiliki konflik yang kuat sehingga membuat saya bosan. Namun, Before the Flood menyuguhkan film documenter yang berbeda dengan konflik yang sangat dekat dengan kehidupan manusia yaitu: global warming.
Ketika menonton, saya merasa takut, terkejut, sedih, juga marah. Emosi yang dibawa dalam film documenter ini patut diacungi jempol. Film documenter ini memberikan wawasan baru bagi saya. Saya baru tahu bahwa ternyata ‘sapi’ merupakan penghasil gas CO2 berbahaya terbesar. Lalu saya adalah pemakai listrik karena saya hidup di perkotaan dan saya kira listrik yang saya pakai ini bukanlah sesuatu yang bermasalah. Namun, ketika melihat sosok kehidupan di India yang bahkan menggunakan listrik dari kotoran sapi, saya merasa malu. Saya dengan leluasa memakai listrik, sedangkan di sisi lain kehidupan, seseorang sangat susah menggunakan listrik.

“Kami juga iri dengan Negara Amerika Serikat yang menggunakan listrik dengan mudah. Sedangkan di sini, Rakyat India susah mendapat listrik, mereka memakai kotoran sapi”

Penonton diajak mengikuti perjalanan Leonardo DiCaprio di berbagai Negara dan kita dapat melihat dengan jelas betapa rusaknya bumi ini. Visual sangat menarik  dan memiliki fakta-fakta yang sangat real, dan ini membuat saya bertanya-tanya. Bagaimana cara Leo dan Fisher bisa ‘terjun’ ke berbagai daerah, mewawancarai penduduk sekitar, mengambil gambar secara real.Film ini juga memperlihatkan berbagai sudut pandang orang-orang mengenai perubahan iklim. Seperti pendapat seseorang di India, lalu di Indonesia mengenai hutan tropis, di antartika mengenai gunung es yang mencair, dan lain-lain. Kita juga dapat melihat sebuah pulau kecil di florida yang masa depannya akan hilang apabila pemanasan global terus mengingkat. Lantaran, air laut akan terus meningkat dan pulau kecil tersebut akan tenggelam. Selain itu, kita juga dapat melihat berbagai upaya orang-orang besar dalam suatu Negara untuk mengatasi perubahan iklim. Leo melakukan wawancara dengan pemerintah China, bahkan ia juga mewawancarai Obama sebagai seorang presiden Negara adidaya: Amerika Serikat, yang merupakan Negara pengonsumsi fosil terbesar.

Seiring berjalannya film documenter ini, kita terus mengikuti perjalanan Leo. Merasakan kekhawatirannya, kegelisahannya, dan juga kebahagiaannya. Awalnya, karena terpengaruh dengan lukisan karya Hieronymus Bosch, ia merasa sangat pesimis dengan kehidupan manusia. Walaupun ia ditunjuk PBB sebagai duta perubahan iklim, namun ia merasa tidak ada harapan akan masa depan bumi. Namun setelah berkelana ke berbagai Negara, ia mengetahui adanya harapan dan ia optimis bumi bisa memiliki masa depan yang lebih indah.
Di sini, penonton yang mungkin merasa ‘takut’ akhirnya memiliki sebuah harapan. Dan film ini mampu membuat penonton tergugah dan mau bergerak untuk ikut menyelamatkan bumi.

***
Overall, saya memberikan binta 4.5 dari 5 karena memang film ini sangat luar biasa. Tidak hanya menghibur, film ini memberikan pelajaran dan mampu mengajak penonton untuk peduli terhadap lingkungan.
Lantas, kita sebagai umat manusia perlu turut melindungi bumi. Film ini meninggalkan pesan yang mendalam. “Sekecil apapun itu, marilah kita umat manusia bertindak untuk menjaga bumi”