Friday, March 20, 2015

True or Not about : Regina Pacis Bogor

Foto diambil dari web resmi Regina Pacis
Pernah dengar sekolah Regina Pacis Bogor? (atau RP istilah kerennya)
Regina Pacis Bogor adalah sekolah yang cukup favorit di Bogor, dan dengan bangga saya mengatakan bahwa saya adalah salah satu siswa dalam sekolah itu. Namun tampaknya banyak orang yang memiliki berbagai macam persepsi sendiri akan sekolah ini, dan sekarang saya sebagai senior di SMA Regina Pacis yang sebentar lagi akan lulus, akan mencoba membahasnya.



1. Orang-orang di Rp itu genius-genius, pinter banget, dan bla.. bla.. bla..


Oke. Itu nggak sepenuhnya benar ataupun salah. Jadi, setiap tahunnya itu RP selalu menyaring anak-anak dengan kemampuan diatas rata-rata untuk diterima sebagai siswanya. Sebagai sekolah yang sudah terkenal favorit, maka yang mendaftar pastilah banyak dan dari banyak orang itu, yang terbaiklah yang diambil. Prinsipnya sama seperti penerimaan siswa pada umumnya, namun karena sudah punya cap FAVORIT itulah jadi yang mendaftar kebanyakan orang-orang yang memang pintar-pintar. 
Sebagai contoh, saya saat SD tidak sekolah di RP. Di SD saya yang lama saya termasuk anak yang pintar. Saya pandai matematika, IPA dan lain-lain. Saya bahkan pernah ditunjuk untuk mengikuti olimpiade IPA dan Matematika. Ketika masuk ke SMP RP, saya awalnya kesulitan dengan persaingan yang ada di situ. Saya bukan lagi "si pintar" saya menjadi biasa saja. Kadang-kadang dapat nilai bagus, kadang biasa, kadang jelek. Malahan saya sekarang masuk ke kelas IPS (bukan karena kecemplung di IPS, tapi sadar bahwa saya tidak suka logika dan hitung-hitungan.) 
Tapi, layaknya sekolah biasa, di RP juga ada anak-anak yang nggak pinter-pinter banget. Yang suka main ke warnet, yang suka janjian bolos, yang suka ngelanggar peraturan. Ada kok ada. Nggak semuanya kutu buku senengnya belajar mulu.


2. Guru RP itu killer ngasih tugas banyak banget..


Sama. Ini juga nggak bener-bener banget. Killer sih mungkin ada beberapa. Yang sadisnya tuh kayak gini misalnya. Di jurusan IPA, soal-soal yang dikeluarkan itu aduhai susahnya. Bahkan pernah guru IPA membuat KKM 40, padahal seharusnya KKM minimal itu 70. (Shock? Me too)
Terus kalau udah tanggal-tanggal tua, guru RP suka kasih tugas dan ulangan secara berbarengan sehingga tugas dan ulangan kita numpuk. Sampai-sampai hari Sabtu yang seharusnya kita libur, harus masuk buat kerja kelompok.
Tapi ya, nggak semua guru kayak gitu. Kalau saya sendiri di IPS, guru-gurunya asik-asik kok. Guru pelit nilai sih pasti ada, tapi disamping itu guru-gurunya asik dan gokil kok. 

3. Anak RP itu borju-borju dan banyak kaum tionghoa


Ini juga nggak bener-bener banget. Soal kaum tionghoa sih memang agak mendominasi di RP, tapi pribumi juga banyak. Kalau soal borju... Saya tidak tahu istilah borju itu sebenernya gimana, tapi kalau sepanjang saya sekolah di RP memang ada beberapa anak RP yang gaya hidupnya tinggi, Punya mobil, motor, terus pas Sweet Seventeen buat party di Hotel dan ada yang ngundang artis. Kebanyakan anak RP juga Hp-nya canggih. Terus kalau misal pulang sekolah cepet, ada beberapa yang suka pergi ke kafe/ke tempat makan, atau berkunjung ke Botani Square. Makanya kalau hari Jumat, atau hari pulang cepet, atau hari terakhir ujian, jangan kaget banyak anak berseragam rok kotak-kotak di Botani Square.
Tapi saya percaya bahwa nggak hanya di RP, di Sekolah lainpun banyak yang seperti ini. Biasalah, namanya juga remaja.

4. RP itu disiplin banget.


Ya! Kalau kamu nggak hoki. Jadi.. letaknya disiplin RP paling menonjol di tata cara pemakaian seragam dan penampilan. Peraturan RP itu, sepatu harus hitam, kaus kaki diatas 10 cm dari lutut, seragam rapi, rok di bawah lutut, rambut cowok nggak boleh gondrong, dan lain-lain. 
Nah, setiap pagi itu, ada guru yang kadang-kadang suka duduk di depan pintu masuk dan melototin kaki-kaki murid-muridnya. Memastikan bahwa kaus kaki yang dipakai tidak pendek. Kalau misalnya pendek, disuruh lepas dan akhirnya selama sehari dia harus telanjang kaki. Kalau kamu bandel pakai kaus kaki pendek dan kebetulan itu guru liat, yah siap-siap aja telanjang kaki.
Terus, di RP itu ada guru yang sensi banget sama gadget. Kalau misal lagi pelajaran dia eh tiba-tiba ada yang ketawan main HP, tamatlah riwayat HP tersebut. Tapi nggak semua guru kayak gini, kok.
Terus adalagi, kalau ada cowok rambut gondrong dan dia nggak mau potong rambut meskipun sudah dibilang berkali-kali, ada guru yang dengan senantiasa memberi jasa salon gratis di sekolah. Dia memotong rambut anak itu supaya sesuai dengan peraturan.
Jadi kalau mau cari aman, mendingan ikuti peraturan di RP. Sesekali melanggar sih nggak apa, kalau kamu hoki nggak bakal dihukum.

5. RP itu sekolah swasta. Sekolah swasta jarang bisa masuk Perguruan tinggi negeri (PTN)


SALAH BESAR! Meskipun RP Sekolah swasta, tapi banyak juga siswa RP yang diterima di PTN bahkan lewat jalur SNMPTN (Jalur tanpa tes) di PTN. Tahun lalu (2014) kurang lebih ada 20 orang yang diterima di PTN. Kebanyakan dari 20 orang itu diterima di UNPAD dan ITB, baik jurusan IPA ataupun IPS.
Menurut kalian 20 orang itu kecil?
Tidak, karena yang daftar SNMPTN itu nggak semua siswa senior RP yang mungkin jumlahnya hampir mencapai 300-an. Ada beberapa yang sudah diterima di Perguruan tinggi swasta tanpa tes, ataupun beasiswa sehingga mereka tidak mendaftar ke PTN. Banyak juga yang lebih memilih ke Universitas luar negeri.


Sekian saja beberapa desas desus yang beredar tentang Regina Pacis, dan fakta yang saya alami sendiri. Bagi kamu yang mau masuk Sekolah ini, Ayo Semangat!!

8 comments:

  1. halo kak, aku berniat masuk sma regina pacis di bogor, boleh tanya2? kalo boleh, add id line ku ya kak ruthangeela
    makasih banyak kak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hey aku coba cari line kamu tapi gapapa. Coba add line aku kalau mau tanya" ya id: clarelivvi

      Delete
  2. via.. kayaknya lo salah ketik deh, hehehe.. masa kaos kaki 10 cm di atas lutut vi.. heheheh #peace ya vi..

    ReplyDelete
  3. Kak di sma regina pacis ada Asramanya engga?

    ReplyDelete
  4. Kak, di sma regina pacis ada jurusan bahasa gk?

    ReplyDelete