Sunday, March 11, 2018

Analisis artikel: “Punya Hewan Peliharaan Bisa Buat Anak Suka Sayur”

Artikel berjudul “Punya HewanPeliharaan Bisa Buat Anak Suka Sayur” yang ditulis oleh Vonia Lucky, membuat tulisan tersebut berdasarkan penelitian dari seorang psikolog State University of New York, Sydney Heiss.  Bila kita mengaitkan tulisan dengan 10 panduan menulis artikel berdasarkan post sebelumnya (link disini). Berikut yang dapat saya analisis:





1 . Penulis artikel menemukan jurnal yang bagus dan tepat.
Jurnal berjudul “Ethical concerns regarding animal usemediate the relationship between variety of pets owned in childhood andvegetarianism in adulthood” membahas fenomena anak yang menjadi vegetarian karena memiliki seekor atau lebih hewan peliharaan. Hal ini cukup menarik dikarenakan problem anak-anak dalam hal pola makan sering kali adalah sayuran. Anak-anak cenderung lebih menyukai makanan manis dan berlembak dibanding sayur-sayuran yang sehat dan banyak gizi.
Penulis berhasil menemukan jurnal yang bagus dan tepat untuk artikel yang dipasang di media online ibu dan anak.

2. Penulis artikel hanya mengambil kesimpulan dan metode penelitian dalam jurnal.
Dalam artikel penulis mengambil kesimpulan dan hasil penelitian dan metode. Berikut merupakan kutipan dari artikel tersebut:

“Bahkan, memiliki hewan peliharaan lebih dari satu bisa mengubah seorang anak menjadi vegetarian saat dewasa nanti. Hasil penelitian ini didapat setelah Sydney bertanya pada 325 orang dewasa muda tentang makanan yang mereka konsumsi dan riwayat mereka memiliki hewan peliharaan.”

Di situ dijelaskan bahwa kesimpulannya memiliki hewan peliharaan lebih dari satu bisa mengubah seorang anak menjadi vegetarian saat dewasa, dan secara singkat metode dimunculkan dengan menyebut sampel penelitian yaitu 325 orang dewasa.
Hal ini cukup disayangkan, karena jurnal asli memiliki sumber informasi yang begitu kaya. Tidak hanya sampel. Peneliti juga menjelaskan skala pengukuran dari umur, jenis kelamin, etnis, dan lainnya, serta menjabarkan macam-macam jenis hewan peliharaan yang menjadi objek penelitian. Sampel 325 orang dewasa juga tidak ditentukan begitu saja. Awalnya, dikumpulkan populasi sebanyak 1058 responden berusia lebih dari 18 tahun, lalu disaringlah responden yang memiliki hewan peliharaan ketika kecil, sehingga ditemukan 325 sampel.
Namun, kita dapat memaklumkan minimnya informasi tersebut dalam artikel dikarenakan target artikel adalah untuk ibu rumah tangga yang mayoritas menyukai bacaan sederhana
Namun bermanfaat. Hal ini cocok dengan pedoman kedelapan yaitu “Ingatlah untuk siapa kita menulis”

3.  Penulis artikel menyertakan wawancara dengan pembuat jurnal penelitian
Dalam artikel, penulis menyertawakan kutipan kata-kata sang pembuat jurnal yang telah diterjemahkan.

Pada subjek yang memiliki hewan peliharaan saat kecil mampu membatasi diri dalam mengonsumsi produk hewani. Sikap positif ini terlihat, jika dibandingkan pada mereka yang tidak memiliki peliharaan,” jelas Sydney pada hasil yang dipublikasikan dalam jurnal Appetite.

Meskipun penulis tidak secara langsung melakukan wawancara dengan pembuat penelitian, namun penulis berhasil membuat artikel lebih berwarna dengan menegaskan kesimpulan terkait penelitian dari peneliti. Hal ini tentunya lazim dilakukan, yang penting penulis menjelaskan sumber asli dari kutipan wawancara tersebut, yang mana peneliti mengambilnya dari jurnal Appetite. Meskipun begitu, tidak ada tautan yang jelas yang dapat menghubungkan pembaca dengan jurnal Appetite tersebut sehingga pembaca tidak dapat mengklarifikasi apakah wawancara tersebut benar atau tidak.

4. Faktor kepentingan penulis membuat berita adalah sebagai pekerjaan
Selain karena pekerjaan penulis yang mewajibkannya untuk membuat artikel agar mendapat uang, tidak ada masalah kepentingan lain yang mewajibkan penulis untuk membuat artikel. Sehingga tidak ada masalah mengenai konflik kepentingan dalam artikel ini.

5.  Penulis artikel gagal menjadi tempat teratas dan gagal meraih interaktivitas pembaca
Artikel ini dipublish pada tanggal 26 Februari 2018 sehingga bisa dianggap sudah lama Meskipun begitu artikel tidak mendapatkan posisi atas pencarian, ataupun mengundang interaktivitas pembaca. Hal ini dapat dibuktikan dengan sepinya kolom komentar dalam artikel.

6. Penulis artikel tidak menjelaskan/mendeskripsikan hasil penelitian.
Dalam artikel, penulis hanya menjelaskan kesimpulan bahwa “memiliki hewan peliharaan lebih dari satu bisa mengubah seorang anak menjadi vegetarian saat dewasa nanti.” Padahal, pembaca juga penting mengetahui mengapa atau bagaimana memiliki hewan peliharaan lebih dari satu bisa mengubah anak menjadi vegetarian.

Hal ini dijelaskan dalam jurnal penelitian. Hasil temuan dari peneliti menemukan bahwa jenis hewan di masa kanak-kanak dapat menyebabkan peningkatan pembatasan produk hewani di masa dewasa sebagai generalisasi perasaan positif/empati dari orang tersebut terhadap hewan. Sebagai contoh, peneliti menjelaskan, ketika individu memiliki seekor anjing, maka ia akan kesulitan merasa empati dengan sapi, tapi seseorang yang tumbuh dalam kontak dengan seekor kuda, seekor burung, dan kelinci percobaan mungkin lebih selaras. Dan hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu, peneliti yang menjelaskan bahwa kedekatan dengan hewan peliharaan masa kencil menjadi fakor kunci yang mempredikisi peningkan empati di masa dewasa.

No comments:

Post a Comment